Friday, May 28, 2010

FANTASI

Fantasi merujuk kepada bayangan mental seseorang, suatu benda, atau situasi, dan seringkali tetapi tidak selalu melibatkan komponen seksual. Fantasi bisa didasarkan atas pengalaman masa lalu atau semata-mata merupakan angan-angan. Pada umumnya fantasi merupakan gabungan dari keduanya. Adalah normal bagi seseorang untuk berfantasi. Seksualitas manusia adalah dimensi dari kehidupan sosial yang seringkali kaya dengan berbagai macam fantasi. Fantasi seksual seringkali memerlukan skenario mental yang
melibatkan orang lain di luar pasangan dan meliputi aktivitas yang tidak diterima atau dianggap tidak sesuai dengan budaya. Kemampuan orang untuk berfantasi dan kesenangan yang diperoleh lewat cara ini sangat beragam. Bagi beberapa orang fantasi menggantikan realita atau bagi yang lainnya justru menjadi pengganti realita seksual yang buruk. Fantasi seringkali dipicu oleh perangsang dari luar, seperti orang asing yang menarik atau gambar, film, atau cerita erotis.

Penelitian-penelitan yang ada mempunyai pandangan yang berbeda terhadap perbedaan gender dalam berfantasi. Beberapa berpendapat bahwa laki-laki lebih rentan terhadap fantasi sementara yang lain bersikeras bahwa fantasi lebih sering terjadi pada perempuan. Linda Wolfe melakukan penelitian terhadap 15.000 wanita yang berumur antara 18-34 tahun, dan kurang daripada tiga persen mengatakan bahwa mereka tidak pernah berfantasi.

Di masyarakat Barat, laki-laki lebih sering menggunakan bahan eksplisit seksual sebagai bagian dari aktivitas fantasi mereka, sementara perempuan lebih sering menggunakan cerita romantis. Perempuan lebih menyukai erotika dengan sisi yang lebih "halus",
yang memungkinkan eksplorasi imajinasi. Ini berbeda dari laki-laki yang lebih menyukai erotika "keras", atau erotika yang lebih eksplisit.

Dunia fantasi laki-laki sangat tergantung kepada pengalaman baru yang berisi penuh wanita cantik yang terdefinisi secara budaya dan yang selalu bersedia dan bebas secara seksual. Majalah pornografi seperti Playboy¬ dan Penthouse, maupun serangkaian penerbitan yang lebih "keras" (karena menampilkan aktivitas seks secara eksplisit),
berusaha untuk mencari laba dari fantasi seperti itu. Wanita lebih sering mendasarkan fantasi mereka pada pengalaman masa lalu dan cenderung menekankan romantisme dan keintiman. Awal mula gerakan kemerdekaan wanita menciptakan pembaharuan dalam fiksi erotis yang dilakukan oleh dan untuk wanita. Dalam Women On Top,

Nancy Friday bersikeras bahwa wanita telah memulai revolusi seksual untuk memperjuangkan kesetaraan dan hal ini harus diimplementasikan dengan kehidupan fantasi yang kaya. Dalam penelitiannya terhadap lebih daripada 10.000 wanita, Friday mencatat bahwa belakangan ini fantasi wanita lebih condong memandang dirinya sebagai wanita yang aktif dan tegas yang memberikan kenikmatan. Ini sangat berbeda dengan hasil yang diindikasi penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa wanita lebih melihat dirinya sebagai wanita pasif yang sekedar menerima kenikmatan. Penemuan ini mencerminkan pentingnya lingkungan sosial (misalnya, dampak dari gerakan feminisme) terhadap pembentukan fantasi.

Biasanya orang berfantasi sewaktu melakukan seks otoerotik atau masturbasi. Dalam hasil temuan penelitiannya, Alfred C. Kinsey melaporkan bahwa mayoritas perempuan (64 persen) dan semua laki-laki berfantasi sewaktu bermasturbasi. Kira-kira dua persen perempuan dalam sampel penelitiannya bisa mencapai orgasme dengan hanya
berfantasi. Perempuan yang lebih tua cenderung lebih banyak berfantasi daripada yang lebih muda. Beberapa orang, khususnya yang tinggal di daerah pedesaan, tetapi ini tidak selalu, berfantasi melakukan hubungan seksual dengan binatang.Berfantasi tentang tindak seksual tertentu bukan berarti bahwa orang itu benar-benar ingin melakukan atau bisa menikmati perilaku itu. Fantasi memang bisa meningkatkan kegiatan seksual aktual, tetapi tidak bisa diasumsikan bahwa fantasi perilaku mewakili keinginan yang terpendam. Jadi bisa saja seorang perempuan berfantasi bahwa dirinya dikuasai atau bahkan diperkosa laki-laki, tetapi ini tidak berarti bahwa dia memang ingin diperkosa. Lalu, mungkin seorang laki-laki berfantasi memiliki pasangan seksual yang banyak, tetapi
dalam kenyataannya dia merasakan secara emosionil sulit untuk menjalin beberapa hubungan sekaligus dalam beberapa waktu yang bersamaan.

Belakangan ini persoalan tentang fantasi menjadi lebih terbuka dan semakin banyak diakui bahwa perilaku ini adalah wajar, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Kadang-kadang fantasi yang sifatnya pribadi itu "direalisasi" dengan pasangan untuk meningkatkan kenikmatan seks. Komputer dan internet turut memberikan kontribusi
dalam membentuk medan yang baru untuk perilaku fantasi, dimana wahana ini menjadi tempat pertukaran elektronik pornografi yang ekstensif, komunikasi "peran-peranan" interaktif, sarana bercengkrama yang bertopik fantasi, dan komunikasi fantasi lainnya
yang dierotiskan maupun yang tidak dierotiskan diantara pengguna komputer. Terapis menemukan bahwa fantasi bisa membantu pasien dalam mengatasi masalah seksual. Dengan bantuan terapis, seseorang melalui fantasi bisa menghadapi tahapan keintiman dan percintaan yang menjadi momok baginya dan mengurangi atau menghilangkan rasa takut dan enggan itu.

0 comments:

Post a Comment